MEMBURU
ESTETIKA LEWAT PUISI MATA AIR SURGA
Oleh: Bambang
Setiawan, S.Pd
“Puisi, sesungguhnya bukanlah sekadar
ekspresi kreatif yang menyampaikan suara hati”, (Taufik Ismail:2006). Puisi
juga tidak semata-mata berurusan dengan kreativitas yang hanya menawarkan
estetika, namun mencipta puisi dengan sudut pandang yang luas akan memunculkan
estetika yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa puisi yang ditulis
oleh Aulia Murti.
Buku kumpulan puisi anak yang berjudul Mata Air Surga merupakan
kumpulan puisi yang ditulis Aulia Murti. Setelah membaca puisi-puisi dalam
kumpulan Air Mata Surga, Aulia Murti mengungkap peristiwa sebagai ungkapan rasa
yang terpendam, dan beberapa puisinya cenderung
mengangkat kondisi kehidupan yang aktual yang saat ini berhubungan
dengan kehidupan dan kecintaan anak-anak
dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Auli Murti mengungkapkan bahasa puisi
dengan bahasa yang terang, apa adanya penuh dengan kejujuran.
Aulia Murti dalam ke 36 (tiga puluh
enam) judul puisinya sangat menonjolkan sopan santu dalam berbahasa. Sopan
santun dalam puisi-puisinya dimaksudkan sebagai rasa penghormatan kepada
pembaca. Artinya puisi-puisi yang disampaikan Aulia ditulis secara jelas, dan
tidak membuat pembaca memeras keringat untuk mencari tahu apa yang ditulis oleh
Aulia dalam kumpulan puisinya. Aulia merupakan seorang yang kreatif dalam
penulisan puisi. Salah satu yang mendorong lahirnya kreativitas penulisan puisi
Aulia adalah latar belakang keluarga. Karena Aulia dilahirkan dari pasangan
seniman, penyair. Bahkan kakak Aulia Soco Ningrat, juga merupakan seseorang
yang sangat kreatif untuk menulis dan berkarya sastra khususnya puisi.
Dalam karyanya Aulia menyiratkan bahwa
puisi yang ditulisnya merupakan penyikapan atas kehidupan. Kegelisahan, kebencian,
kecintaan, keprihatinan, dan kerinduan, kepedulian menjadi ekspresi kreatif
bagi Aulia. Aulia dalam karyanya merupakan wanita yang penuh misteri. Segala
kegelisahan yang mengental dipikirannya dieskpresikan penuh dengan estetika.
Potret-potret kehidupan disoroti secara jelas, perilaku-perilaku manusia
digambarkan dalam simbol-simbol yang penuh dengan peristiwa. Perhatikan puisi
yang berjudul “Ibu, Surga di Mataku” yang membicarakan tentang kasih sayang.
Dikatakannya bahwa kasih sayang nan lembut seperti awan yang melayangkan
kata-kata. //Kuserahkan iringan puisi untukmu// yang tercipta dari kasih sayang
nan lembut// seperti awan yang melayangkan kata-kata//dan nada-nada yang
melintasi pipi// sepanjang masa// (Mata Air Surga, 2012:9).
Puisi Aulia Murti yang terhimpun dalam
Mata Air Surga merupakan salah satu kumpulan puisi sastra anak yang tinggi
nilai estetikanya, selain penggarapannya penuh dengan konsep yang definitif.
Menurut Nurgiyantoro (2005:35-41) memberikan beberapa konstribusi sastra bagi
anak. Sastra anak yang digarap dengan baik, dengan menonjolkan estetika dan
proses kreatif yang tinggi memberikan dampak yang besar bagi perkembangan
kepribadian anak dalam proses menuju kedewasaan sebagai manusia yang mempunyai
jati diri yang jelas. Perhatikan puisi berjudul “Mata Air Surga” (hal 20)
//tangisan ibu// adalah mata air surga// turun ke bumi// menjadi hujan//
menjadi laut// menjadi sungai// menjadi lahar// tangisan ibu// adalah mata air
surga//. Pada hakikatnya selain menonjolkan nilai estetika dalam penulisan
puisinya, pada hakikatnya puisi Aulia Murti juga bernilai sastra dan sekaligu
mengandung nilai yang besar bagi perkembangan kejiwaan anak, seperti nilai
kasih sayang dan keindahan pada puisi berjudul “Kupu-Kupu” (hal.46) //Kupu-kupu
kau begitu indah//terbang melayang di depan rumah//hinggap menghisap sari
bunga// kupu-kupu begitu indah//sayapmu cantik menggodaku//aku ingin
memilikimu//. Nuasa dan tema yang dihadirkan sangat menyentuh pembaca, bahkan
menyentuh kehidupan secara umum.
Beberapa konsep yang dihadirkan oleh
Aulia Murti dalam kumpulan puisi Mata Air Surga aca ciri khas yang menonjol
yaitu ingin berfantasi, beriang-riang, dan hendak mencari figur. Perhatikan
puisi berjudul “Ibu dan Aku” (hal.44)//Ibuku seperti akar// kokoh mencengkeram
tanah// ibuku seperti pohon// tangguh menahan angin// ibuku seperti ranting//
penjaga daun agar tak lepas// ibuku seperti daun// pelindung dari terik
matahari//. Dalam puisi ini pembaca yang masih anak-anak dapat memupuk
pertumbuhan berbagai pengalaman (emosi, rasa, bahasa) personal (kognitif,
sosial, etis ) eksplorasi dan penemuan, namun juga petualangan dan kenikmatan
yang digambarkan dalam puisi-puisi Aulia Murti.
Selain itu karya-karya kreatif Aulia
Murti, juga menyentuh rohani anak. Jiwa anak semakin subur, kian berkembang
dengan penulisan puisi yang menantang. Perhatikan puisi berjudul “Ramadhan Sore
itu Begitu Indah” (hal.18)//Sore di akhir Ramadhan// aku, ibuku, dan mamasku//
memasuki ruang di perut burung besi// ...//Alhamdulillah,”ujar kami sebelum
turun dari perut pesasat// ..//Azan
magrib tiba// buru-buru kami berbuka//”Alhamdullilah, Rahamdhan sore itu begitu
indah,”//. Puisi-puisi Aulia Murti selain menonjolkan nilai esetetik, juga
mengandalkan kekuatan imajinasi. Artinya Aulia dalam berkarya menawarkan
petualangan imaji kepada pembaca, khususnya anak-anak. Dengan membaca
puisi-puisi Aulia dalam kumpulan Mata Air Surga, imaji dan emosi anak dibawa
berpetualang ke berbagai penjuru untu menemukan pesan yang disampaikan penyair
sendiri. Secara tidak langsung melalui karya kreatif Aulia Murti pembaca diajak
menjalin interaksi estetis.
Aulia dalam puisi-puisinya menghadirkan
bahasa yang sederhana dan mudah dipahami sebagai stimulus. Artinya bahasa yang
sederhana sebagai landasan pembentukan gagasan-gagasan dan reaksi yang terjadi.
Dalam hal ini pembaca menerima puisi sebagai perangkat stimulus berdasarkan
pengalaman dan pengetahuannya. Hal ini terlihat dalam puisi berjudul “Garuda”
(hal.28)//Tajam mata menusuk matahari//jemari mencengkram Bhineka Tunggal
Ika//tautkan suku bahasa Sabang Merauke// ...//Kidung Indonesia Raya//jendela
hati yang menyatukan adat dan budaya//...//Kami anak Indonesia//senantiasa
merindukan bentangan sayapmu//yang melindungi kami dari deru gelombang barat//.
Aulia menuliskan puisi ini sebagai rekontruksi proses kreatif (asal mula,
tujuan, pikiran-pikiran) dan secara detail memamparkan kidung Indonesia Raya
yang menyatukan adat dan budaya.
Aulia dalam karyanya telah berhasil
menaruh respon kepada pembaca dalam penyampaian gagasan dengan melalui
pendukung keestetisan puisinya. Bahkan variasi individual dalam berkarya muncul
dengan cita rasa estetis. Keestetisan ini dapat dilihat pada puisi berjudul
“Surga dan Neraka” (hal.35)//Surga itu jernih// bening dari omongan hina// surga
itu suci// putih dari hati yang berdebu// surga adalah pelindung orang-orang
yang berwudhu//surga merindukan orang yang bertaqwa//. Puisi yang dihadirkan
bertemakan surga dan neraka ini menarik dan mengejutkan. Aulia membuat
kesepakatan dalam syair puisinya secara tegas bahwa surga itu jernih dan neraka
itu kelam. Secara tegas puisi yang dihadirkannya dapat mengubah emosional
pembaca. Sehingga pembaca akan menemukan cermin dan sikap (perilaku) atas
gejolak yang ditulis Aulia dalam puisi berjudul “Surga dan Neraka”, yaitu surga
dan neraka adalah pilihan.
Secara keseluruhan, antologi puisi Mata
Air Surga yang diluncurkan pada hari
Kamis, 14 Juni 2012, di Taman Budaya Jambi ini laksana suara hati seorang anak
manusia yang mencoba memasuki dan memahami serangkaian harapan dalam hidupnya,
yang ditulis melalui dunia kata. Kata yang mengandung nilai estetis. Yaitu
sebuah pesan melalui kata-kata untuk
membuka jendela komunikasi melalui karya cipta puisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar