Pursuit of motivation
Oleh: Fithriani AD
Permasalahan meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris di sekolah yang berada dipedesaan merupakan hal yang sudah sering didiskusikan. Namun hingga saat ini masalah tersebut belum sepenuhnya terpecahkan meskipun ada banyak metode atau trik dalam meningkatkan motivasi siswa agar mereka bisa menguasai pelajaranbahasa Inggris, setidaknya secara pasif atau paling minimal punya keinginan dan passion untuk merambah bahasa asing tersebut. Hal ini penting untuk dipertimbangkan mengingat Bahasa Inggris dari dahulu sudah merupakan bahasa Internasional, banyak kosakata baru dalam kehidupan sehari-hari saat ini diambil dari bahasa Inggris. Tanpa mengenyampingkan bahasa Indonesia sedikitpun sudah saatnya kita
bekerja keras untuk membangkitkan motivasi belajar bahasa Inggris di sekolah-sekolah yang berada dipedesaan. Saya sempat berpikir bahwa masalah ini sudah agak terpecahkan namun setelah mengalami diskusi dengan beberapa teman yang terjun langsung dalam mengajar bahasa Inggris disekolah pedesaan ternyata hal itu benar-benar sulit. Kendala yang biasa dihadapi para pendidik adalah tidak adanya motivasi dari dalam diri siswa, hal ini yang memblokir kesempatan mereka menguasai Bahasa Inggris.
Pemerintah pun sudah memperlihatkan geliat usaha yang keras untuk memajukan pendidikan. Saya beri kasus yang dihadapi teman saya bahwa beliau kesulitan untuk menerapkan bahasa Inggris baik lisan maupun tulisan dikarenakan Her students don’t have willingness to do that. Instead of teaching her students how to speak English teman saya malah terseret oleh murid-muridnya menggunakan bahasa daerah didalam kelas. Berbagai macam solusi mungkin sudah coba diterapkan hanya saja kadang terhalang oleh rintangan seperti sarana penunjang, namun hal yang paling punya pengaruh dalam menghalangi penerapan bahasa Inggris disekolah pedesaan adalah motivasi siswa.
Bagaimana memunculkan motivasi itu dalam lingkungan yang enggan untuk menerimanya sementara hanya satu atau paling banyak dua orang yang berusaha untuk mewujudkannya? Saya coba sarankan beberapa solusi yang sering saya dengar dalam dunia pendidikan padanya, contohnya adalah giving Reward. Beliau berpikir kalaupun murid-muridnya mau mempelajari bahasa Inggris dengan semangat maka mereka hanya akan melakukannya demi rewardnya saja, reward oriented tidak akan bertahan lama dan dikhawatirkan hal itu menggiring mereka menjadi orang yang tidak punya rasa tanggung jawab akan tugas dan kewajibannya. Menurut hemat saya reward lebih bagus diterapakan 1 semester sekali jika mempertimbangkan efek negatifnya.
Kemudian ada metode familiar lainnya yaitu dengan punishment atau bisa diperhalus dengan give the students’ time up (such a long words). Saya pernah coba terapkan police of English kepada siswa-siswa saya jika dalam pelajaran Bahasa Inggris mereka lebih banyak menggunakan Bahasa Indonesia dibandingkan Bahasa inggris dengan perbandingan lebih dari 5 kali berbahasa Indonesia maka saya akan beri waktu berdiri ditempat pada keesokan harinya. Setiap hari selalu ada jadwal bagi siswa yang bertugas memantau percakapan teman sekelasnya, minimal 4 orang dalam sehari.
Berdasarkan pengalaman, hal ini hanya bisa berhasil jika guru yang menerapkannya konsisten dan berinovasi mengingat para siswa selalu bisa mempelajari celah dari aturan yang dibuat untuk kebaikan mereka. Terlepas dari berbagai macam usaha untuk memunculkan motivasi siswa dalam belajar Bahasa Inggris disekolah-sekolah pedesaan, para guru yang memang berada digaris depan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa memang dituntut untuk bekerja keras, terkadang kita memang harus bersikap tegas demi hal yang baik dan berguna bagi siswa-siswa kita, dan untuk masa depan bangsa ini tentunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar